Seperti biasa setiap hari kerja, Robert Farouelle (46) meninggalkan rumahnya sebelum pukul 07.30. Ia ditemani anjingnya, si Luki. Walaupun cuma anjing geladak, Luki piaraan yang menyenangkan. Hari Kamis, 2 Oktober 1986, cuaca sangat bagus. Kalau saja bukan hari kerja, Farouelle sangat ingin berjalan-jalan. Apalagi kawasan timur laut Prnacis yang berpenduduk sekitar 100.000 jiwaitu memang lebih cocok untuk tempat bertamasya daripada tempat bekerja.
Luki mogok masuk
Setiap pagi, dalam perjalanan ke tempat kerja, Farouelle menitipkan anjingnya ke flat mertuanya. Luciene Grandjean (79), yang tinggal di 9 rue Giorne Viard. Letaknya Cuma berseling dua jalan dan rumah Faroelle di 9 Cours Albert Primier.
Luki dititipkan karena Miheline, istri Faroelle, juga bekerja, Putra mereka, Paul (22), menjadi mahasiswa di paris dan Thierry (21), sedang mencari pekerjaa. Daripada ditinggal sendirian di rumah, lebih baik Luki dititipkan pada Ny. Grandjean.
Kebetulan Luki sangat senang kepada mertua Faroelle. Ny. Grandjean memang penyayang bintang. SEjak menjanda tahun 1953, ia melimpahkan kasih sayanng kepada anjing dan kucing terlantar, serta kepada kedua cucunya, Paul serta Thierry. Juga kepada anak-anak TK tempatnya bekerja paruh waktu sebagai tukang pel.
Faroelle heran, karena Luki tiba-tiba berhenti di muka pintu rumah Ny. Grandjean dan tidak mau maju lagi walaupun diseret-seret. Biasanya anjing ini selalu bersemangat untuk cepat-cepat menemui Ny. Grandjean. Sekali ini Luki malah mengangkat kepalanya dan melonglong-lolong.
Faroelle penyayang binatang. Namun ia harus buru-buru ke kantor. Karena tidak sabar menghadapi tingkah Luki, diangkatnya anjing itu dari tanah. Sambil mengendong binatang itu ia menaikin tangga muka di pintu bangunan bertingkat dua itu.
Luki berontak sekeras_kerasnya sampai terlepas dari pegangan majikannya. Ia lalu kabur kembali ke rumah keluarga tuannya.
Robert Faroelle tercengeng dan juga was-was. Ia coba membuka pintu. Terkunci
“Lucienne!” pangginya sambil menggedor pintu.
“Anda tidak apa-apa?”
Mertuanya tidak menjawab. Farouelle bertambah khawatir. Lucienne Grandjean sehat walafiat, walaupun umurnya diambang 80 tahun. Tapi siapa tahu wanita itu mendapat serangan jantung?
Diduga orang gila
Cepat-cepat Faroelle kembali ke rumahnya, mengambil duplikat kunci-kunci kdiaman mertuanya. Luki sudah ada di rumah. Anjing itu bersembunyi dikolong tangga tempatnya berlindung kalau sedang ketakutan.
Farouelle tidak mempunyai waktu lagi untuk memperhatikan Luki. Ia bergegas kembali ke rue Giorne Viard. Pintu dibukanya> Di lorong depan tidak ada apa-apa. Namun, begitu masuk ke ruang duduk, lututnya terasa begetar. Ada tiga mayat bergelimpangan. Semua wanita. Rok mereka tersingkap dan pakaian dalam mereka robek. Bagian bawah perut mereka berdarah. Leher mereka 0digorok. Percikan darah bukan Cuma menodai pakaian, melainkan juga karpet, dingding dan meja-kursi. Wajah mereka bengkak dan rusak. Namun, Ia yakin salah satu pasti mertuanya. Ia tak tahu siapa yang dua lagi.
Baru beberapa saaat kemudian ia mampu mengangkat kakinya untuk nergegas meninggalkan tempat itu dengan ketakutan. Ia bukan takut pada pembunuh, melainkan ngeri melihat kenyataan yang diluar batas perikemanuasian. Pantas Luki ketakutan ! Rupanya anjing itu segera menyadari kejadian di balik dinding.
Robert Farouelle berjalan sempoyongan ke rumahnya. Rasanya ingin ia ikut berlindung ke kolong seperti Luki. Namun karena ia manusia, bukan anjing, ia memnanggil polisi.
Polisi sama shock-nya dengan Faroulle. Nancy bukanlah kota yang sering dilanda kejahatan dengan kekerasan . Pembunuhan keji terhadap tiga wanita lanjut usia belum pernah terjadi dalam sejarah departemen penyidikan pembubnuhan di kota itu.
Dr. Marcel Loup, seorang ahli ilmu kedokteran forensic yang masih muda, baru pernah membaca kasus seperti itu dibuku-buku teks.
“Pembunuhnya orang sakit jiwa palinmg buas,” katanya. “Sadis dan mengidap kelainan seksual. Mungkin ia baru melarikan didi dari rumah perawatan penderita penyakit jiwa.”
Inspektur Charles Lebeau memerintahkan anak buahnya, Sersan Detektif Francois Mocky, menacri tahu kalau-kalau ada penderita penyakit jiwa seperti itu melarikan diri dari rumah perawatan.
“Di seluruh Francis Timur?” Tanya Sersan Mocky yang sedang merangkak di lantai untuk memerikasa kalau-kalau pembunuh meninggalkan jejak.
“Di seluruh Francis!” jawab atasanya. “Soalnya orang itu bukan cuma membunuh, tetapi juga memperkosa dan merampok!” Kotak tempt uang Ny. Grandjean memang ditemukan tergeletak di lantai dalam keadaan kosong.
Pisaunya sampai bengkok
Hasil autopsy menunjukna bahwa ketiga korban tidak diperkosa, walaupun organnya disakiti. Saat kematian diprkirakan pukul 21.00 dan 21.30 Rabu malam. Diperkirakan ketiganya pingsan akibat pukulan-pukulan di kepala. Penggorokan dan perusakan organ seksual dilakukan setelah mereka tak sadar. Tak seorangpun dari korban sadarkan diri lagi setelah itu..
Kalau adrenalin dalam darah NY. Grandjean normal, sedangkan dalam darah kedua korban tinggi. Ini bisa diartikan bahwa Ny. Grandjean tidak menyadari bahaya. Mungkin ia korban pertama. Kedua temanya mungkin menyaksikan pembunuhan atas mertua Robert Farouelle itu. Keduanya ternyata Odette Gatinot (61) dan Michelle Gatinot (57)
Leher ketiga korban hamper putus. Ny. Grandjean menderita 17 luka, Odette 11 luka, dan Michelle 14 luka.
Senjata untuk melukai mereka ditemukan masih menancap di tubuh Odette, yaitu sebilah pisau daging.
Odette Gatinot, pemilik took sayur-mayur di jalan berdekatan, yaitu di rue de la Colline. Adiknya, Michele, guru sejarah dan ilmu bumi di Lycee Chopin. Mereka tinggal di flat yang berada di atas kediaman Ny. Grandjean.
Pisau dagung itu dikenali oleh Robert Farourlle sebagai milik mertuanya. Berarti pembunuh dating tanpa alat pembunuhan. Mungkin juga ia tidak berniat membunuh.
“Orang itu mungkin sakit jiwa, mungkin dibawah pengaruh obat bius ,” kata dokter keesokan harinya. “Atau mungkin cuma mabuk. Pisau ini sampai bengkok. Untuk mencabutnya, rusuk Nona Odette Gatinot mesti saya gergaji.”
“Saya malah mengira pembunuh ini berkepala dingin,” jawab Sersan Mocky. “Soalnya, semua barang berharga dari kediaman NY. Grandjean dikurras habis.
Inspektur berpendapat, pembunuhnya mestinya remaja yang ketagihan obat bius. “Saat ini rata-rata seminggu sekali ada orang lanjut usia dibunuh di Timur Laut ini. Umumnya pembunuhnya remaja yang kecanduan obat bius> Bedanya dengan kasus yang kita hadapi adalah jumlah korbannya tiga dan tingkat kekejamnnya luar biasa.
“Mungkin ia terpaksa membunuh tiga orang. Ia dating untuk merampok Ny. Grandjean, tapi Gatinot bersaudara mendengar suara ribut-ribut sehingga turun ke bawah. Pembunuh merasa merasa tiga saksi mata terlalu berbahaya. Mereka bisa mngenali dia. Jadi dia membunuh mereka,” kata Sersan Mocky.
“Masuk akal,” jawab Inspektur. “Kau bilang tadi tak ada penderita sakit jiwa yang kabur.”
“Tidak ada selama enam bulan terakhir ini. Kini saya sedang meminta daftar pencandu obat bius yang pernah malakukan tindak kekerasan.” (bersambung nti )
Mandi dulu baru pergi
Ternyata daftar iyu panjang. Pengangguran sedang tinggi di Francis. Begitu pula jumlah penganguran muda yang kecanduan obat bius. Mengangur dan obat bius merupakan kombinasi berbahaya, sebab obat bius memerlukan banyak uang sedangkan pengangguran memiliki sedikit uang.
Kebanyakan pecandu muda tidak merampok bank dsb, melainkan menodong wanita tua.
“Mungkin pembunuh datang tanpa bermaksud membunuh. Ia menemukan situasi yang tak dapat dikendalikannya. Tapi anehnya, mengapa nenek itu membiarkan seseorang masuk ke tempat tinggalnya pukul 21.00?” kata inspektur.
“Kami sudah berbicara dengan para tetangga. Kata mereka, Ny. Grandjean akan menerima siapa saja dengan tangan terbuka. Seumur hidup ia tinggal di sana dan merasa aman di situ. Ia sangat percaya pada orang-orang muda.”
“Kepercayaan yang haus dibayar mahal<” kementar Inspektur.
Saat itu polisi belum berhasil menemukan orang-orang yang patut ditahan. Mereka mempunyai sangkaan terhadap lima orang dan mencoba menemukan saksi yang memergoki salah seorang dari tersangka di sekitar tempat itu pada malam pembunuhan.
Bagian dari sidik jari pun belum menemukan petunjuk berguna. Para detektif melacak gerak-gerik para tersangka. Mereka yang memiliki alibi kuat bisa dikesampingkan dan yang kuat tidak kuat diselidiki dengan seksama.
Sebelas sidik jari ditemukan di tempat kejadian, tapi tak satupun dianggap ada hubungan dengan kasus pembunuhan ini. Semuanya sidik jari anggota keluarga. Di kotak tempat Ny. Grandjean menyimpan tabungan tak ditemukan sidik jari siapapun.
“Pembunuh itu melakukan pembunuhan dengan pura-pura beralasan seks, padahal sesungguhnya ia merampok. Berarti ia cukup cerdik dan tidak akan meninggalkan sidik jarinya dikaleng tabungan,” kata Inspektur.
Para teknisi kepolisian menemukan bukti-bukti yang menunjukan bahwa pembunuh tidak langsung pergi setelah membongkar kaleng tabungan, tetapi berada cukup lama di tempat kejadian.
Handuk di kamar mandi bernoda darah. Pipa pembuangan air dari kamar mandi juga mengandung cukup banyak darah. Rupanya pembunuh mengobrak-abrik isi rumah, lalu mandi dulu sebelum meninggalkan tempat itu. Soalnya, ada noda darah di lemari, dan sebagainya.
“Ia mandi,” kata Inspektur.
“ Tapi bagaiman pakainya?
Pasti basah oleh darah. Tak mungkin ia pergi ke jalan denganpakain sepeti itu. Pasti orang-orang yang bertemu dengannya akan melihat noda-noda di pakainya.
“Mungkin ia mengambil pakain cucu korba,” kata Sersan.
“ Di salah sebuah lemari ada pakaian laki-laki. Kata Farouelle, mertuanya biasa mencucikan pakaian cucunya, Therry.”
“Tanyakan pada Therry apakah pakainnya ada yang hilang. Kalau ada, Kita bisa mendapat gambaran perihal perawakannya.”
Thierry dating memeriksa pakainya. “Tak ada yang hilang,” katanya.
Beni El Daba
Polisi menemui jalan buntu. Suatu hari Inspektur memanggil semua anak bauhnya yang menangani kasus ini.
“Yang kita ketahui sampai saat ini adalah tanggal 1 Oktober malam, Ny. Grandjean membiarkan seorang pria masuk ke tempat tinggalnya. Ia mungkin kenal pada orang itu. Atau ia mempunyai alasan kuat untuk membiarkan orang itu masuk. Tak ada tanda-tanda yang menunjukan bahwa pembunuh masuk dengan kekerasan.”
“Pria itu meninju wajah Ny. Grandjean dengan keras berulang-ulang. Korbanya segera pingsan, sebab autopsy tak menemukan memar tanda perlawanan di tangan maupun lenganya.”
“Tak diketahui, saat itu kakak-beradik Gattinot menyaksikan atau tidak. Mungkin mereka baru turun kemudian dari flat mereka, yaitu ketika mendengar ribut-ribut. Yang jelas mereka pun segera ditinju sampai pingsan.”
“Pria itu mengambil pisau dari dapur, lalu membantai dan menikam ketiga wanita itu. Ia juga mengatur agar ketiganya tampak sebagai korban perkosaan”
Saat itu kepala laboratorium polisi menyela. “Pak orang itu dating tanpa membawa senjata. Tampaknya ia tidak bersiap-siap membunuh. Mengapa ia membawa pakaian untuk ganti?”
“Betul” jawab Inspektur.
“Ada beberapa hal lain yang tidak konsisten. Megnggorok leher tiga wanita lanjut usia dan merusak organ seksual bukanlah tindakan normal. Tapi caranya menguras isi flat sangat sistematis. Ia Juga menjalankan langkah-langkah efektif dan rasional untuk menyembunyikan identitas dan motif kejahatannya.”
“Ada kasus yang mirip di Strasbourg tahun lalu,” kata seorang detektif senior.
“Remaja yang minum macam-macam obat bius tiba-tiba bisa berubah kepribadianya. Ia sangat rasu=ional, lalu semenit kemudian berubah menjadi gila dan ganas. Ia masuk ke rumah seirang wanita tua dengan maksud merampok. Lalu tiba-tiba ia jadi ganans dan hampir membunuh korbannya. Setelah waras kembali ia berusaha menutupi perbuatanya. Untung saja ia grogi ketika diintrogasi. Kalau tidak, ia lolos dari jangkauan hukum.”
“Korbanya lolos dari maut?”
“Ya tapi tak mampu mengenali penyerangnya.”
Inspektur menyela, “Tak mungkin orang itu pembunuh Ny. Grandjean dkk. Soalnya, pasti ia masih meringkuk di penjara.”
“Perlu dicek dulu, apa betul ia masih dipenjara,” kata Dr. Loup.
“Cek, Francois!” perintah Inspektur kepada Sersan Mocky.
“Siapa nama remaja itu?” Tanya Sersan Mocky.
“Beni El Doba,” Jawab detektif yang tadi bercerita.
“Orang Aljazir.”
Sersan Mocky segera menelpon ke Penjara Strasbourrg. “Beni El Doba sudah keluar dari penjara,” begitu jawaban yang diterima. Ia bisa keluar berkat jasa seorang hakim yang sangat bersimpati kepada pemuda asing yang miskin dan kecanduan obat bius itu. Dimana Beni El Doba sekarang? Tak seorang pun yang tahu.
Telepon Gelap
Beni El Doba dicari. Strasbourg cuma lebih kurang 150 km dari Nancy. Dari berkas di kantor polisi Strasbourg diketahui El Doba tak kenal wanita yang hampir dibunuhnya. Namun, Ia mengaku kepada polisi, wanita itu neneknya!
Ada polisi yang ingat bahwa sehari setelah pembunuhan atas NY. Grandjean dkk, polisi menerima telepon gelap dari seorang berlogat asing. Orang itu berkata, wanita yang dibunuh itu neneknya.
Rekeman pembicraan telepon itu diputar kembali. Keterangan orang itu Cuma singkat saja: “Nenek saya dibunuh. Saya duga…ada orang membunuh nenek saya…Tapi bukan saya…De rue Gio di rue General de Gaulle…”
“Tak ada Jl. Jenderal de Gauulle di Nancy,” kata Inspektur. “Yang ada Place General de Gaull.”
“Sudah diperiksa, Pak,” lapor Sersan Mocky. “Tak ada apa-apa.”
“Kau dengar kan tadin , dia bilang rue Gio… Dia mau bilang rue Giorne – Viard tuh! Tapi buru-buru dia ganti jadi general,”
Segera saja nama Beni El Daba menepati peringkat teratas daftar orang-orang yang dicurigai.
“ Tapi walaupun suaranya seperti orang asing, kok logatnya bagus,” kata seorang detektif.
“Kata Polisi Strasbourg, kalau sedang tenang, bahasa Prancis El Daba relative bagus. Tapi kalau sedang menggebu-gebu atau senewen, logat Aljazirnya lantas berubahmedok,” ujar Mocky.
“Lo orang yang menelpon ini kentara sedang senewen,” kata detektif itu pula.
Namun El Daba tetap dianggap paling patut dicurigai. Kini karena ia mempunyai banyak uang, tentu ia membeli banyak obat bius. Ia dicari lewat para informan dibidang obat bius. Ternyata Beni El Daba tak ditemukan. Tak didapati pula orang-orang yang mirip dengannya.
Karena kakak beradik Gatinot Cuma korban sampingan, polisi menganggap sebaiknya penyidikan dilakukan sekitar kematian Ny. Gradjean.
Polisi kini sangsi pembunuhnya pria. Bukankah tidak ditemukan cairan mani di tempat kajadian?
“Selidik kenalan dan keluarganya, yang laki-laki maupun wanita,” perintah Inspektur. Segera anggota keluarga dan kenalan wanitanya bisa dikesampingkan, sebab mereka memiliki alibi kuat.
“Lagi pula, mana kuat wanita meninju wajah korban-korbanya sekeras itu,” kata Sersan Mocky.
Diketahui Ny. Grandjean memiliki dua orang putrid:
Jeannie dan Micheline. Suami Jeannie maupun Farouelle (suami Micheline diketahui punya alibi yang tidak bis disangsikan. Begitu pula keponakan laki-lakinya dan empat sepupu Ny. Grandjean.
“Tinggal kedua cucunya, dong, “kata Inspektur. “Bukan cucunya, Pak. Cucu angakat kata Sersan Mocky mengingatkan. “Kan Jeannie maupun Micheline tidak mempunyai anak.”
“Si Paul sih saat itu ad di universitas, 300 km dari sini.”
“Jadi si Thierry itu pembunuhnya, ya?”
Sersan Mocky kelihatan kikuk. “Dia memang satu-satunya yang paling mungkin, Pak.”
“Soalnya, ia tidak cocok menjalankan kejahatan seperti ini, Pak Ia tidak kecanduan obat bius maupun peminum. Memang di sekolah ia tak sepandai kakaknya, tapi waktu berdinas militer ia diangkat menjadi kopral. Setelah selesai dinas militer ia menjadi satpam, tapi dipecat gara-gara memiliki pistol tanpa surat izin. Kini ia sedang mencari pekerjaan. Kegiatanya antara lain main kartu di tempat minum Chez Jean.”
“Dengan taruhan uang?”
“Ya., berjudi. Ia bukan penjudi ulung. Mana bisa menang melawan The Coco Girls.”
“Apa itu The Coco Girls?”
“Itu, Pak, empat gadis muda dan seksi yang populer gara-gara muncul di TV. Tapi di TV sih mereka disebut-sebut sebagai penjudi.”
“Coba kau usut dengan seksama.”
“Sudah, Pak! Ia tak punya uang sedikitpun tanggal 1 Oktober, tapi 2 Oktober ia membayar semua utang judinya.” Gerak-geriknya Thierry diikuti dengan cermat.
Cicin pertunagan
Lima hari kemudian, detektif yang ditugaskan berjudi dengan Theirry Farouelle melaporkan bahwa pemuda itu mulai berhutang. Keesokan harinya ia menawarkan sebuah cincin intan kepada peramu minuman di bar. Detektif yang mengamati sudah siap. Ia tertangkap basah. Cincin itu cincin pertunangan NY. Grandjean.
Thierry Farourlle menyangkal keras. Ia menyatakan cincin itu hadiah dari neneknya. Laboratrium polisi menemukan bekas darah manuasia di cincin itu, sedangkan buku-buku jari Thierry memperlihatkan bekas-bekas luka akibat meninju keras-keras.
Akhirnya, ia mengaku juga. Katanya, ia ingin meminjam uang 1000 frank kepada neneknya untuk berjudi. Biasanya neneknya memberi, karena ia tidak pernah memberi tahu uang itu untuk berjudi. Sekali ini Ny. Grandjean menolak. Thierry lantas meninju neneknya sampai pingsan. Ketika sedang mengobrak-abrik lemari neneknya, kakak beradi Gatinot datang karena mendengar ribut-ribut. Mereka kenal Thierry. Jadi Thierry membunuh ketiga wanita itu.
Di depan hakim Thierry bersikap kasar. Ia bahkan mencoba menyerang para pekabat pengadilan, para wartawan, dan para saksi. Sikap itu merugikanya di mata juri. Tanggal 24 Juli 1987 pengadilan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepadanya.
Tidak diketahui sipa penelpon gelap yang diperkirakan orang asing itu. Beni El Daba pun tak diketahui rimbanya.
mata ritel merupakan proyek imajinasi dari pengamatan dan pikiran tentang sebuah pola distribusi produk komsumsi. mata ritel kuatir akan agresor dari suatu produk nasional atau skala rumahan yang kemajuan atau peningkatan kapasitas produksi tidak berdampak kepada sektor lainya.
Senin, 31 Mei 2010
Selasa, 18 Mei 2010
Xylitol
Apakah Xylitol?
Xylitol adalah pemanis alami hasil ekstrasi pohon White Birch, yang telah dinyatakan sebagai pemanis yang aman oleh FAO/WHO,JECFA dan FDA.
Berbeda dengan pemanis lain,Xylitol tidak dapat difermentasi oleh Mutans.S menjadi senyawa asam yang dapat membentuk lubang mikro pada email gigi, sehingga dapat mengurangi resiko karies (gigi berlubang).
Xylitol memiliki tingkat kemanisan yang setara dengan gula, tetapi kalorinya 40% lebih rendah dan diserap oleh tubuh secara perlahan, sehingga aman untuk penderita diabetes dan mendukung program diet.
**Sumber: Takaaki Yanagisawa, Yasuo Miake: Finnish Dental Journal 2006
***Sumber: Peldyak, John, DMD, Makinen KK, PhD: Xylitol for Carries Prevention, The Journal of Dental Hygiene, 2002
Xylitol adalah pemanis alami hasil ekstrasi pohon White Birch, yang telah dinyatakan sebagai pemanis yang aman oleh FAO/WHO,JECFA dan FDA.
Berbeda dengan pemanis lain,Xylitol tidak dapat difermentasi oleh Mutans.S menjadi senyawa asam yang dapat membentuk lubang mikro pada email gigi, sehingga dapat mengurangi resiko karies (gigi berlubang).
Xylitol memiliki tingkat kemanisan yang setara dengan gula, tetapi kalorinya 40% lebih rendah dan diserap oleh tubuh secara perlahan, sehingga aman untuk penderita diabetes dan mendukung program diet.
Hasil uji klinis membuktikan, kombinasi >50% Xylitol, FN & CP seperti dalam Lotte Xylitol +2, mampu mendorong kembalinya mineral gigi yang hilang (remineralisasi) 1,3 kali lebih tinggi dibandingkan hanya Xylitol saja.
Untuk hasil maksimal kunyahlah 2 butir Lotte Xylitol+2 selama 5 menit, setiap habis makan dan setelah menggosok gigi
**Sumber: Takaaki Yanagisawa, Yasuo Miake: Finnish Dental Journal 2006
***Sumber: Peldyak, John, DMD, Makinen KK, PhD: Xylitol for Carries Prevention, The Journal of Dental Hygiene, 2002
Kamis, 01 Januari 2009
Tuhan yang Bersemayam dalam Akal Kita
Oleh Adi Bunardi
Merefleksikan pencarian Tuhan melalui akal.
Perjalanan menuju Tuhan adalah pendakian tanpa henti. Sluruh debaran jantung kita merupakan dentuman kerinduan menuju Tuhan. Rumi, seorang Penyair Sufi mengatakan bahwa setiap hembusan nafas kita adalah ungkap syukur kepada-Nya. Sebagai manusia, kita memang mempunyai potensi untuk rindu pada jalan yang lurus menujunya. Namun proses perjalan menuju-Nya hanya bisa ditempuh dengan mengetahui hakikat Tuhan itu sendiri. Di sinilah problem terbesar umat manusia dalam pencarian terhadap Tuhan. Bagaimanakah cara memahami Tuhan? Para filosof menyatakan bahwa akal yang mampu untuk memahami Tuhan, Karena Tuhan adalah Akal Pertama. Mereka mencoba mendefinisikan Tuhan melalui rasio. Namun pada lapangan filsfat teologi, pencarian rasional terhadap Tuhan menemukan dua kesimpulan besar yang sama kuatnya, yakni; Ada dan Tiada.
Mohon maaf teruskan sendiri oleh teman-teman.......(sumber tulisan: ( a href http://www.islamlib.com/id/artikel/tuhan-yang-bersemayam-dalam-akal-kita/
Langganan:
Postingan (Atom)